Seiring dengan perubahan zaman, perhatian terhadap lingkungan pun semakin meningkat. Aspek penting dari keprihatinan ini adalah bagaimana kita membangun dan merancang infrastruktur yang baik. Bangunan ramah lingkungan atau green building telah menjadi prioritas utama dalam industri konstruksi global. Hal ini bertujuan untuk mengurangi dampak negatif pembangunan terhadap lingkungan alam dan mengintegrasikan teknologi yang lebih berkelanjutan di setiap tahap konstruksi. Salah satu inovasi dalam mendukung pada green building adalah penggunaan Hexagonal Ceramic Interlocks yang dikembangkan oleh Universitas Diponegoro (Undip).
Universitas Diponegoro (Undip) telah menciptakan terobosan kreatif yang dapat mengubah eceng gondok, tanaman air yang tumbuh secara liar di berbagai perairan di Indonesia, menjadi keramik peredam suara yang memiliki segudang manfaat. Terobosan besar ini tidak hanya menyelesaikan permasalahan eceng gondok, namun juga memberikan solusi terhadap permasalahan suara berupa kebisingan yang semakin meningkat di lingkungan perkotaan.
Eceng gondok, dikenal sebagai Eichhornia crassipes, merupakan tanaman air yang umumnya dianggap sebagai gulma invasif. Spesies invasif sendiri merupakan spesies pendatang pada suatu wilayah yang hidup dan berkembang biak di wilayah tersebut dan menjadi ancaman bagi ekosistem disana. Tanaman ini memiliki yang daun lebar dengan bunga berwarna ungu namun disatu sisi menjadi masalah serius di banyak ekosistem air di seluruh dunia. Eceng gondok dapat dengan cepat menyebar dan menutupi permukaan air, sehingga dapat menurunkan kadar oksigen dan menghambat pergerakan air.
Eceng gondok juga dapat menyumbat aliran air lewat pertumbuhannya yang tidak terkendali sehingga menyebabkan banjir. Seiring dengan itu, permasalahan kebisingan di perkotaan juga semakin meresahkan. Itulah mengapa penelitian yang mengubah eceng gondok menjadi keramik peredam suara menjadi begitu menjawab penyelesaian masalah ini.
Dari eceng gondok yang awalnya menjadi tanaman gulma, tim peneliti Undip dibawah kepemimpinan Prof. Dr. Ir. Erni Setyowati dari Fakultas Teknik berhasil mengekstrak selulosa pada eceng gondok lalu mengubahnya menjadi bahan dasar keramik yang memiliki kemampuan untuk meredamkan suara. Selain itu, keramik ini memiliki sejumlah keunggulan, termasuk ketahanan tinggi terhadap suhu ekstrim, kekuatan mekanik yang baik, serta kemampuan isolasi panas dan suara yang istimewa.
Pengaplikasian keramik ini biasanya terpasang di area bangunan komersial, gedung apartemen, dan rumah sakit, keramik peredam suara ini dapat mengurangi tingkat kebisingan hingga 90 persen, menciptakan lingkungan yang lebih tenang dan nyaman bagi penghuninya.
Penggunaan eceng gondok sebagai bahan baku keramik peredam suara juga memberikan dampak positif pada lingkungan. Dengan mengurangi pertumbuhan eceng gondok di perairan, kita dapat membantu menjaga keseimbangan ekosistem air, mengurangi risiko banjir, dan meningkatkan kualitas air.
Pengembangan keramik peredam suara ini merupakan salah satu kontribusi bentuk kontribusi Undip dalam menghadapi tantangan lingkungan dan kebisingan yang semakin memburuk di Indonesia. Terobosan ini adalah bukti nyata bagaimana penelitian dan inovasi dapat mengatasi dua masalah sekaligus: pertumbuhan eceng gondok yang berlebihan dan kebisingan di perkotaan. Undip telah menunjukkan bahwa eceng gondok, yang dulu dianggap sebagai masalah, sekarang menjadi bagian dari solusi yang inovatif dan berkelanjutan.